Monday, February 24, 2014

Rahsia Nuur Allah.

Rahsia Nuur Allah SWT.

  
Assalamu'alaikum wbt...


“Amantu bi Rasul wa bimaa qaala Rasuli”.
Aku beriman kepada Rasul dan dengan apa yang disabdakannya.
“Awwalu wa khalaqallahu Nuuri Nabiyika, yaa Jabiir. Fa khalaqa minhul asy ya-a”
Yang mula-mula sekali dijadikan Allah ialah cahaya nabimu, ya Jabir. Dijadikan daripadanya itu segala isi alam.
Berkata lagi Rasulullah Saw. pada Jabir: 
“Termasuklah diri kamu pun dari segala isi alam itu.”

Dan Rasulullah Saw. bersabda lagi:
ﺍﻧﺎ ﻣﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﻣﺆﻣﻨﻭﻥ ﻣﻨﯥ
“Aku dari Allah dan sekalian mukmin dariku.”
Firman Allah Swt. dalam hadis qudsiy:
“Innallaaha khalaqa ruuhi nabiyyika shalallaahu `alaihi wasallam min dzaatihi”
“Sesungguh-Nya Allah menciptakan ruh Muhammad Saw. itu dari Zat-Nya.”
Allah Swt. juga menegaskan dalam hadis qudsiy lainnya:
“Lau laka laa maa khalaktul aflaka.”
Jika bukan karena engkau (Muhammad), tidak Kuciptakan alam semesta ini.

Allah dan Cahaya-Nya

Dari Cahaya Nabi ini jadi apa? Cahaya inilah yang dikatakan Nur Ilahi. Ada juga yang menyatakan ini Cahaya Allah. Jadi, yang disebut Nuur ialah Nama bagi Cahaya Tuhan. Cahaya Tuhan itu tidak pernah rusak dan tidak binasa. Ingat, Cahaya Tuhan itu bukan Tuhan. Jangan Tuhan dirupakan sebagai Cahaya.
Terdahulu Tuhan itu mentajallikan Cahaya Diri-Nya. Cahaya Diri-Nya inilah yang diakatan `alaa bikulli syai`in muhiith (meliputi segala sesuatu). Jelas sekali Cahaya Tuhan itu tubuhnya sekalian alam atau lembaga sekalian alam. Cahaya inilah tubuh maharuang. Inilah zat mutlak, yaitu satu zat yang tiada berwujud: tidak berbentuk, tidak bertempat; ujungnya tidak ada kesudahan, demikian juga pangkalnya. Bahkan munculnya pun tidak diketahui. Ini yang dikatakan satu zat yang tidak berwujud.
Kalau di Quran Surat Nuur, Cahaya Allah itu tembus menembus. Zat-zat dan cahaya-cahaya pun ditembusnya, tetapi Cahaya Tuhan ini tidak bisa ditembus sesuatu apa pun.
Kalau sudah tahu Cahaya Tuhan itu meliputi sekalian alam, tentulah yang ada pada sekalian alam ini diliputi Cahaya (wa zulumati ila Nur). Cahaya inilah Nuurun `ala nuurin, Cahaya di atas cahaya. Tentulah Cahaya Tuhan yang tertinggi.
Cahaya Tuhan ini lebih terang daripada cahaya matahari dan lebih dahsyat daripada api neraka. Tentulah tidak akan ada kehidupan di dunia dan takkan ada segala sesuatu apa pun. Agar terjadi proses-proses alam dan segala sesuatu yang hidup, Allah tabir Cahaya-Nya itu dengan Nur Muhammad. Dari Nur Muhammad ini barulah bisa terjadi segala macam proses kejadian (di alam semesta). Kalau Cahaya Tuhan saja (tanpa ditabiri dengan Nur Muhammad), Bukit Thursina pun hancur jadi debu. Demikian dengan selainnya, pasti hancur juga.
Maka dengan Rahman Allah agar alam ini ada kehidupan dan ada proses, diadakankah Nur Muhammad yang dapat menabiri kehidupan dari Cahaya-Nya. Inilah sebabnya Allah berfirman, “Jika bukan karena engkau (Muhammad), tidak Kuciptakan alam semesta ini.”
Buka juga Q.S. Fushilat:54
أَلَآ إِنَّہُمۡ فِى مِرۡيَةٍ۬ مِّن لِّقَآءِ رَبِّهِمۡ‌ۗ أَلَآ إِنَّهُ ۥ بِكُلِّ شَىۡءٍ۬ مُّحِيطُۢ
Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.
Orang yang dalam keragu-raguan itu orang yang belum kenal. Kalau http://muxlimo.blogspot.com/2011/12/tauhid-islam-tidak-mengajarkan.html” target=”_blank”>orang yang sudah kenal, tidak ada keraguan lagi tentang Tuhan.
Inilah tugas yang berat bagi Rasulullah, yaitu mengenalkan manusia kepada Tuhan. Kalau sudah kenal, sembahlah yang kaukenal itu. Bagaimana kita bisa menyembah, sedangkan yang kita sembah tidak kita kenali? Bisa saja timbul rekayasa berupa patung, bulan, bintang, berupa wasilah, dan lain-lain.

Allah dan Mahasuci-Nya

Sekalian alam, semua itu Mahasucinya Allah. Kalau Allah Mahasuci, alam itu pun mahasuci juga. Mahasucinya Allah itu, berupa zat wajiba alwujud (zat yang wajib Ada). Inilah wujud Qadim dan wujud muhaddas (baharu), artinya, wujud yang boleh ada, boleh di-ada-kan, boleh juga tidak di-ada-kan.
Wujud muhaddas ini terdiri atas empat:
1. JirimSesuatu yang berbentuk: dapat dlihat dan diraba dengan pancaindera.
Seperti diri manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda lainnya.
2. JisimSesuatu yang tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba dengan pancaindera,  Seperti angin, bebauan, iblis, jin, setan <= jisim latif  
3. JawharSesuatu yang berbentuk cahaya-cahaya. Malaikat termasuk golongan ini.
4.`AradSekalian sifat-sifat makhluk (baharu), seperti tinggi, rendah, putih, legam, keras, lunak, kasar, dsb.
Allah tidak berupa jirim, jisim, jawhar, dan `arad ini. Kalau ada yang mempersamakan-Nya dengan jirim, jisim, jawhar, dan `arad, kemudian meyakininya, kafirlah dia!
Muakal-muakal, khodam-khodam, dan sebagainya itu, itu semua jin! Makhluk jisim.
Allah mengingatkan iblis, setan, jin itu sesungguhnya musuh-musuh kamu. Jauhilah! Mengapa ada manusia yang mau memberi sesajen ini-itu, bahkan ada yang mau berdatukkan para jin. Nauzubillah! Enyahkanlah perbuatan yang membawa kepada kesesatan.
  • Lihat kasus lumpur Lapindo itu, berapa kepala kerbau dilemparkan dan berapa banyak sesajen lainnya dipersembahkan, mengapa tidak surut juga?
  • Lihatlah batu (Gunung Merapi) disembah Mbah Maridjan diberi sesajen ini itu, kenapa masih meletup juga?
Sadarlah! Manusia itu laqad khalaqnal insaana fi ahsani taqwim. Manusia itu makhluk yang seindah-indah kejadian. Mengapa manusia mau menjatuhkan derajatnya di bawah Iblis, jin, setan?!! 

Allah dan Rahasia-Nya

Maharuang itu zat mutlak atau Cahaya Ilahi. Zat mutlak ini Rahasia Tuhan. Rasahsia Tuhan inilah Roh Qudus yang ada di sama-tengah hati atau di dalam syiir. Inilah wa fi anfusikum (Aku ada di dalam diri kamu). Yang berkuasa atas segala diri manusia.
Kalau Rahasia Tuhan (Roh Qudus) ini keluar dari jasad, ditinggalkannya jasad, binasalah jasad. Kalau dia keluar, lalu lari dari jasad, binasa juga jasad.
Kalau dia keluar dari jasad, memecahkan dirinya lalu satu dengan jasad, selamatlah jasad. Hiduplah sampai yaumil qiyamah. Tubuh ini tidak pandai tua. Makanya di akhirat itu tidak ada yang tua. Muda semuanya.
Dalam permasalahan mati, tidak perlu lagi kita mau pakai tanda-tanda, mau berseri-seri, mau tau hari dan jam-jamnya, semua itu tidak bisa dipakai (sebagai patokan). Yang penting kita ketahui: biar mati sekalipun, jasad dan ruh qudus tidak bercerai. Kalau becerai, binasa jasad. Hidup (di dunia) saja kalau jasad becerai dengan ruh, binasa jasad. Apalagi setelah mati nanti. Binasa juga jasad.
Maka perlu diketahui, Diri Tuhan yang dijadikan itulah induknya sekalian yang bernyawa. Itulah Cahaya di atas cahaya. Cahaya Tuhan yang paling tinggi. Di sinilah yang paling nikmat senikmat-nikmatnya. Tidak ada sesuatu lagi. Yang ada zawq saja. Nikmat senikmat-nikmatnya. Inilah la bi harfin wa laa syautin (tidak berhuruf, tidak bersuara). Tidak ada ilmu yang bisa menafsirkan nikmat ini.
Bagi orang tauhid yang hakiki, yang dikatakan Allah itu nikmat senikmat-nikmatnya. Diistilahkan Allah itu Surga.

Kita, Zat Asam, dan Zat Mutlak

Kita ini sudah dilindungi zat asam. Ingat uraian di atas, zat asam ini jadadnya Muhammad. Berarti kita ini sudah bersama-sama dengan zat asam. Dan zat asam sudah bersama zat mutlak.
Mengapa kita tidak bisa bertemu? Sedangkan zat mutlak selalu bersama-sama zat asam. Dan kita bersama zat asam. Suatu yang mustahil kalau tidak bisa bertemu. Hanya bagi orang yang punya pandangan dan pemikiran.
Yang namanya mahaesa itu tidak becerai. Yang dikatakan tidak bercerai ini satu. Tidak mengenal dua. Kalau diri kita bukan Diri Tuhan, becerailah. Nerakalah tempatnya. Pahami yang dikatakan Mahaesa itu. Mahaesa itu satu, tidak becerai.
Tuhan diriku. Tuhan diriku ini yang mana? Rahasia Tuhan yang ada di sama-tengah hati (pusat), itulah Diri Tuhan.
Segala ilmu sudah Aku hidayahkan kepada nabi-nabi, rasul-rasul, wali-wali, arif billah: hamba-hamba-Ku yang saleh. Ambillah Diri Aku itu! Bersama Aku-lah kamu.
Maka kata para muwwahid, Diri Tuhan jugalah yang bisa sampai ke Tuhan. Beginilah adanya cerita/pengetahuan dalam tauhid.
Jalan pengenalan pada Tuhan itu: zat semata-mata. Ini sebabnya mengenal Tuhan itu mudah. Lebih sulit itu mengenali wali Allah.
Rasulullah saw bersabda: 
‘ U’budulla-ha ka an naka tara-hu fa in lam takun tara-hu fa innahu yara-ka.
“Sembahlah Allah seakan –akan kamu melihat-Nya, dan apabila kamu tidak bisa melihat-Nya, maka yakinkanlah bahwa Allah melihat kamu.”
Ketika kamu beribadah, pandanglah Allah itu. Sekarang waktu kamu salat, waktukamu bertakbir, siapa Allah itu? Maka pentinglah mengesakan diri. Bukan Ruhani saja mahaesa, jasad musti mahaesa juga. Oleh sebab itu, jasad ini perlu dimahaesakan.
Kalau jasad tidak dapat mengesakan, ruhani akan menuntut.
Sebab badan yang mengandung nyawa, bukan ruhani yang mengandung tubuh
Catatan:
Ada kalangan ulama yang menyatakan ini hadis munkar, bahkan menyatakannya sebagai dalil sesat. Sungguh, jika Allah mengizinkan, suatu hari kami akan menunjukkan betapa mereka sekalian telah ter-yahudi-kan secara perlahan sehingga tanpa sadar telah bermata satu dalam beriman Islam

Wednesday, February 12, 2014

Asal Usul Kejadian Isi Dunia.

                                  Adapun tatkala langit akan terkembang & bumi akan terhampar, maka pada masa itulah moyang kita Nabi Adam ‘Alaihissalam ditempa dari tanah. Isi dunia ialah anak cucu Nabi Adam ‘A.S. Yang menjadi raja ialah anak Nabi Adam ‘A.S. yang bongsu.
               Adapun Nabi Adam ‘A.S.& isterinya telah beranak seramai 39 orang. Anak Nabi Adam ‘A.S. yang pertama berkahwin dengan anak yang kedua. Anak yang ketiga berkahwin dengan yang keempat, anak yang kelima berkahwin dengan anak yang keenam & begitulah seterusnya. Anak Nabi Adam ‘A.S.yang bongsu tidak memperolehi jodoh. Anak Nabi Adam ‘A.S.yang bongsu ini dilarikan oleh malaikat kepada awan-gemawan. Maka, berasa hairanlah Nabi Adam ‘A.S. & isterinya, Hawa serta semua anak-anaknya itu; maka, bertiuplah angin dari dalam syurga. Gendang Siraja Nobat juga dipalu; maka ditiup serunai Siradang Kacang; rebab dan kecapi juga dimainkan. Maka, terkembanglah payung ubur-ubur, maka, menarilah anak-anak bidadari di dalam syurga, mereka terlalu suka melihat anak Nabi Adam ‘A.S. yang bongsu itu di awan-gemawan itu. Maka, terhemburlah bau-bauan yang sangat wangi dari dalam syurga; turunlah malaikat dari langit yang ketujuh; maka, bergoyanglah Kayu Sijratulmuntaha; terbukalah pintu Baitulma’mur. Maka, malaikat-malaikat itu pergi menemui anak Nabi Adam ‘A.S. yang bongsu itu.
Maka, Nabi Adam ‘A.S. & isterinya melihat ke langit. Anak-anak mereka juga melihat ke langit. Paras anak Nabi Adam ‘A.S. yang bongsu amat hebat, bertandukkan emas sejati-jati. Mereka pun berasa amat takut. Maka, kedengaran suara dari puncak Bukit Qaf. Nabi Adam ‘A.S. serta isterinya, Hawa, serta anak-beranak mereka melihat ke arah bukit itu. Mereka terlihat panji-panji terkembang di atas bukit itu seperti buih di laut putihnya. Nabi Adam ‘A.S. & isterinya, Hawa, serta anak-beranak mereka berasa hairan. Maka, Nabi Adam ‘A.S. pun meminta doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, “Ya Ilahi, Ya Rabbul’alamin, pertemukanlah juga hamba serta anak cucu hamba.” Maka, Allah S.W.T pun menurunkan anak Nabi Adam ‘A.S. yang bongsu itu ke dunia.
Tatkala Allah S.W.T menurunkan anak Nabi Adam ‘A.S. yang bongsu itu ke dunia, maka, laut itu pun berombak. Maka, ikan yang bernama Nun itu pun menghamburkan dirinya, maka, bergeraklah seluruh bumi; antah-berantah rasanya alam. Sebab itulah, maka, bernama tanah Rumi. Maka, berkatalah segala anak-anak Nabi Adam ‘A.S. yang laki-laki, “Maka, sopan kita melihat rupanya.” Maka, anak Nabi Adam ‘A.S. itu pun diturunkan olah malaikat ke bumi yang suci; antara Pasirik & Pasirung, antara Masyriq & Maghrib, antara timur & selatan, antara Bukit Siguntang Mahameru adalah yang bernama tanah Rumi ini.
Maka, dikeluarkan Allah S.W.T anak Indo Jati selapan orang bernama Cati Reno Sudah. Amat baik rupa parasnya & lagi manis pada mulutnya. Itulah jadi angkat-angkatan sembah kepada anak Nabi Adam ‘A.S. semuanya. Maka, berkampunglah semua anak Nabi Adam ‘A.S. itu. Katanya, “Takut kami hai saudara kami akan tandukmu itu.” Maka, anak Nabi Adam ‘A.S. yang bongsu itu pun mengerat tanduknya. Sekerat menjadi Mahkota Sanggohani, sekerat menjadi Lembing Lembuara. Sekerat menjadi gemala sati (sakti), sekerat menjadi tudung saji. Sekerat menjadi pinang pasir, sekerat menjadi sirih udang tempawari. Tampuknya kuning dan gagangnya merah, daunnya digelar ubat, menjadi Tembaga Siramin Kota.
Maka, turunlah segala malaikat dari langit yang ketujuh akan anak Nabi Adam ‘A.S. yang mempunyai tanduk itu. Raja Iskandar namanya, Dzulqarnain gelarannya, yang mempunyai dua kerajaan dunia. Ertinya kerajaan di Masyriq & kerajaan di Maghrib. Maka berkata anak-anak Nabi Adam ‘A.S. semuanya, “Jika demikian kata malaikat, kami mengikut semuanya.”
Maka, berkatalah Raja Iskandar itu kepada segala sembarangan itu, “Siapatah akan jadi kakitangan hamba? Siapatah akan mengiringkan hamba? Siapatah akan membawa payung hamba? Siapatah pula yang akan memerintahkan kerajaan hamba? Maka, menyahutlah segala saudaranya, “Sekalian kami yang banyak ini akan memeliharakan & memerintahkan kerajaan dalam alam ini kerana raja itu sudah lengkap dengan kelengkapan serta gadang (besar) yang kegadangannya.”
Maka, berapa lamanya, laut itu pun menyentak. Maka, ditumbuhkan olah Allah S.W.T segala bukit & jadi pasak bumi, antara laut disabung ombak. Maka, Raja Iskandar itu pun hendak beristeri. Maka, turunlah malaikat dari langit. Maka, kedengaranlah suara dari atas ‘Arasy Allah S.W.T, demikianlah bunyinya, “Jikalau raja itu hendak beristeri, jemputkan anak bidadari dari dalam syurga. Ialah yang bernama Puti (Puteri) Sri Alam.” Maka, malaikat itu pun turun ke dunia, lalu ke dalam syurga. Maka, di dalam syurga itu didapatinya anak bidadari itu sedang bertenun kain. Sang Sita Kala namanya. Maka, kata malaikat Jibrail, “Hai anak-anak bidadari, marilah kita turun ke dunia, kerana, titah Allah S.W.T, engkau akan jadi isteri raja di dalam dunia.” 
Maka, menangislah anak-anak bidadari semuanya di dalam syurga itu. Maka, menyahut anak bidadari yang bertenun itu, “Betapa hamba suka pergi ke dunia, kerana, hamba sedang bertenun.” Maka, kata malaikat Jibrail, “Jikalau mahu engkau mengikut titah Allah S.W.T, bawalah olehmu akan tenun engkau ini ke dunia.” Maka, segeralah anak bidadari menggulung tenun itu.
Maka, dipalu oranglah di dalam syurga berbagai bunyi-bunyian, gegak gempita azamat bunyinya. Maka, segala anak-anak bidadari itu pun menari. Maka, anak bidadari itu digulungnya tenun itu serta pisau kecil itu, Si Gulandak dipersunting di telinga kanan. Maka, berkatalah malaikat kepada anak bidadari, “Bawa olehmu segala pakaianmu ke dunia supaya tahu orang dunia meniru meneladani.” Maka, bertemulah tanah Rumi. Maka, diturunkanlah Allah S.W.T empat malaikat & menjadi saksi & wali, mengahwinkan Raja Iskandar itu.
Maka, dengan takdir Allah S.W.T, lamalah pula sudah kahwin, maka, dikeluarkan Allah S.W.T unggas dari dalam syurga menentukan silang selanak dalam dunia. Daripada unggas itu, berolehlah pengajaran segala hamba Allah S.W.T dalam negeri Rumi itu. Sungguhpun unggas, tetapi pada batinnya unggas itu malaikat.
Maka, beranaklah Raja Iskandar Dzulqarnain tiga orang laki-laki ketiga-tiganya. Nan seorang bernama Maharaja Alif, nan seorang bernama Sultan Sri Maharaja Dipang, nan seorang bernama Sri Maharaja DiRaja. Maka, apabila sudah baligh ketiga-tiganya, maka, memandanglah Daulat Yang DiPertuan ke Masyriq, tentang itu, semuanya rantau kita. Dan, Daulat Yang DiPertuan memandang hala ke Maghrib; tentang itu, semuanya rantau kita. Dan, memandang pula ia ke selatan; tentang itu, semuanya rantau kita. Dan, memandang Daulat Yang DiPertuan ke utara; tentang tu, semuanya rantau kita.
Maka, bermuafakatlah ketiga-tiga anakanda Iskandar Dzulqarnain, “Ke mana kita akan berjalan?” Maka, memandanglah ia ke Maghrib, tibalah antara laut disabung ombak. Maka, hendaklah Daulat Yang DiPertuan akan berlayar, maka, muafakatlah ketiganya di Pulau Langkawi antara Bukit Siguntang Mahameru ialah dalam Laut Selatan. Maka, seorang hendak Mahkota Sanggohani, maka, berebutlah ketiganya, maka, jatuhlah mahkota itu ke dalam laut. Maka, diperbuat cembul kaca oleh Cati Bilang Pandai, maka,  dilihatnya emas sejati-jati, maka, daripada emas itu diperbuatnyalah Mahkota Sanggohani. Apabila mahkota itu siap, tukangnya dibunuh; tidak boleh ditiru lagi.
Maka, berasa hairanlah raja nan bertiga. Mereka pun belayar. Sri Maharaja Dipang nan jatuh ke benua China, kudanya berpelana emas. Dialah nan kerajaan di benua China. Maka, melompat kudanya lalu ke udara. Anakanda Iskandar nan seorang lagi kembali pulang ke tanah Rumi. Dialah nan mempunyai cukai tepawi Perancis & Inggeris & Belanda, itulah yang memerintah negeri Rumi, juga 60,000 negeri yang besar-besar, lalu ke tanah Makkah; raja Rumi nan memberi makan orang isi negeri Makkah & Madinah.
Sultan Sri Maharaja DiRaja, anakanda bongsu Raja Iskandar Dzulqarnain, belayar ke Pulau Jawi 16 orang serta pengiring anjing yang mualim & kucing Siam & harimau Campa. Maka, diperoleh perahu kayu jati. Maka, dari sana terus belayar & tiba di Pulau Perca, Pulau Emas. Maka, pecahlah perahu itu di seberang, maka, muafakatlah angkat-angkat itu kerana takut pada raja. Maka, berfikirlah Cati Bilang Pandan akan memperbaiki perahu itu. Maka, bertitahlah Daulat Yang DiPertuan, “Jika kamu dapat baiki perahu itu kembali seperti asalnya, maka, aku ambil kamu jadi menantuku,”
Maka, sukalah segala yang berakal dalam perahu itu. Maka, diperbaiki perahu itu seperti dahulunya. Maka, berasa hairanlah raja. Maka, Allah S.W.T Maha Kasih akan raja, maka, dijadikan Allah S.W.T anak 4 orang manusia, 5 dengan anak raja. Maka, belayarlah raja ke Pulau Jawi, maka, berbalik dari Pulau Jawi kembali ke Gunung Merapi sendirinya. Maka, apabila anak itu sudah baligh, maka, dinikahkan anak itu 5 orang perempuan dengan 5 orang lelaki nan perbaiki perahu tadi.
Maka, lamalah antaranya, maka laut itu pun menyentak kering. Maka, ditumbuhkan oleh Allah S.W.T rumpai 3 jalurnya di atas gunung itu. Sejurai ke Tanah Datar, sejurai ke Lubuk Agam, sejurai ke ranah Lima Puluh. Maka, disuruh anak nan 5 orang tadi. Seorang ke ranah Tanah Datar adalah anak raja; seorang ke Kubang ialah anak anjing tadi; seorang ke Lubuk Agam ialah anak harimau Campa namanya; & seorang ke Padang Kota Lawas ialah anak kucing Siam tadi. Maka, berilmu raja itu kepada segala alam, maka mendapat di Galundi Nan Baselo namanya ialah nan turun ke ranah Tanah Datar. Tatakala itu belum ada lagi Datuk Ketumanggungan & Datuk Perpatih Nan Sebatang.
Maka, lamalah antaranya, maka, kembanglah segala anak raja tadi. Masa dikeluarkan Allah S.W.T rusa seekor dari dalam laut kepada negeri itu. Maka, muafakatlah segala isi negeri akan menangkap rusa itu. Maka, bicaralah segala isi negeri itu kepada Datuk Suri DiRaja kerana habislah pendapat isi negeri itu. Maka berkatalah Datu Suri DiRaja, “Terlebih mudah menangkap rusa itu. Ambil olehmu rotan sehelai & perbuatlah jerat. Naik perahu & jerat tanduknya.” Maka, dibuatlah seperti kata Datuk Suri DiRaja kepada laras, “Helalah bersama-sama.” Maka, disembelihlah rusa itu.
Maka, muafakatlah isi negeri semuanya akan mencari nama yang baik bagi negeri itu. Maka, dinamakan Pariangan, Perungan dahulunya. Maka, pindahlah pula hulubalang raja ke Batu Gadang. Hulubalang raja itu menyandang pedang panjang. Maka, dinamai Cati Bilang Pandai serta Datuk Suri DiRaja ialah Paringan Padang Panjang namanya.
Maka, muafakatlah semua isi negeri Pariangan Padang Panjang akan menamai penghulu kepada 2 negeri itu. Datuk Maharaja Besar manjadi penghulu di Padang Panjang & Datuk Bendahara Kaya menjadi penghulu di Pariangan. Datuk Maharaja Besar & Datuk Bendahara Kaya ialah nan gadang masa dahulu, sebelum Datuk Ketumanggungan & Datuk Perpatih Nan Sebatang.
Maka, muafakatlah semua isi negeri akan berbuat balairung panjang akan tempat Daulat Yang DiPertuan duduk. Maka, menitah raja kepada Cati Bilang Pandai akan berbuat balairung panjang itu. Tiangnya teras jelatang, perannya akan ludang, bendulnya teras bayam & tataran sagar jintan, nan bata buah pulut-pulut, nan pagar tiang jangek tuma, nan bergendang seliguri, & nan bercanang sati jajin yang perbuatan si raja jin nan diam di rimba lawang. Maka dikeluarkanlah caklempong sati (sakti) ialah perbuatan Si Gelembai Tunggal. Maka, sukalah hati raja & penghulu. Maka, balai itu dihias pula dengan lapik belalang.

Dipetik daripada Abdullah Jumain Abu Samah, 1995.

Sunday, February 2, 2014

Terkulai di puncak rindu tenggelam dalam sendu 
 Qaseh mu tak siapa bisa tanggalkan
Biar luka parah biar jiwa lara 
Kasih mu yang sebati sukar ku pisah
Siapa bisa rasakan gelora cinta si Laila
Siapa gerangan kalaulah bukan Majnun
Mesti ada saksi mesti tegak bukti
Sebuah pengorbanan sebagai ganti
Lafazkan cinta mu satu..Azamkan cinta mu satu...Nazarkan cinta mu satu                               Kibarkan cinta mu satu...Laungkan cinta mu satu...Juangkan cinta mu satu